Perkembangan media online yang ada merupakan konsekuensi dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang kian pesat, Senin (17/6/2019).
Demikian disampaikan oleh pakar komunikasi dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, Pater Dr. Eduardus Dosi, SVD saat ditemui di kediamannya di Biara sovetrdi (SVD) St Arnoldus Janssen Jln Soverdi, Kota Kupang Senin sore.
Menurutnya, hadirnya media online juga karena kebutuhan publik akan berita dan informasi yang sifatnya cepat dan mudah diakses.
“Hal-hal yang membuat konvergensi media cepat karena perubahan akibat perkembangan teknologi dan informasi yang cepat sehingga merubah ruang dan tatanan waktu serta tatanan nilai,” paparnya.
Ia juga menjelaskan, hingga hari ini, posisi media cetak masih kuat dan lebih kredibel dibandingkan dengan media online.
Hal tersebut didasarkan pada berbagai aspek seperti proses kerja media hingga berita diturunkan di koran melalui proses yang ketat.
“Kalau kita bandingkan dengan media cetak dan online. Unsur-unsur atau format pemberitaannya sebut saja berita straight prinsipnya sama, akan tetapi masih lebih unggul media cetak, karena media cetak mendapatkan berita melalui proses yang ketat,” paparnya.
Ia juga menjelaskan berbagai aspek yang membedakan media online dan cetak dari berbagai aspek, seperti pada aspek update (memperbaharui) berita atau isu, di media cetak kalah cepat secara waktu dari media online.
“Media cetak lama dari segi updating sedangkan media online cepat sekali. Keunggulan cepat dan lambat ini yang membuat media cetak ditinggalkan sedikit dari sisi waktu. Kan orang mau yang cepat dan selalu mencari new (baru) sedangkan sudah lama atau basi dengan sendirinya akan kalah,” paparnya.
Namun demikian, lanjut dia, bukan berarti media cetak akan ditinggalkan para pembacanya karena lambat. Media cetak tetap dipercaya kredibilitasnya karena proses pemberitaan yang begitu ketat dari proses rencana peliputan, peliputan, editing, lay out hingga proses pencetakan.
“Dari segi koreksi berita, media online cenderung lebih mudah dan cepat dikoreksi karena menembus ruang dan waktu. Sedangkan media cetak sulit karena proses yang panjang,” tambahnya.
Aspek pembanding media online dan media cetak lainnya yaitu pada sisi kelengkapan data. Menurutnya berita harus berdasarkan data, data itu selanjutnya membangun fakta dan fakta membangun kebenaran.
“Di sini keunggulan luar biasa yang didapatkan media cetak. Jadi saya tetap yakin dari segi prinsip-prinsip dasar komunikasi teristimewa berita, kekuatan media cetak sangat kuat pada data karena berpegang pada data faktual lalu membangun kebenaran,” ujarnya.
“Sedangkan online sangat lemah karena proses pencarian datanya lemah. Kelirunya gampang sekali, objektivitas, kredibilitas dan validitasnya susah, sehingga saya tetap yakin media cetak memiliki kredibilitas yang tinggi karena menyangkut sangat prinsipil yakni kebenaran, objektifitas dan pencarian data yang akurat karena proses tadi,” tambahnya.
Selanjutnya, dari aspek keawetan isu yang ada pada berita, menurutnya pada media cetak cenderung lebih lama sedangkan pada media online tidak bertahan lama.
“Jadi isu tetap berjalan sesuai dengan tren. Sehingga saya tetap yakin media cetak tetap memiliki keunggulan sangat mendasar,” paparnya.
Dari aspek kedalaman berita, pihaknya menilai kedalaman berita pada media cetak lebih dalam dibandingkan dengan media online yang terkesan mendapatkan berita dengan cepat.
“Pada media cetak Lebih dalam karena kelengkapan tadi sedangkan media online tidak begitu mendalam karena cepat tadi. Contoh saja kelengkapan berita 5W + 1 H saja kelengkapan ini tidak dipenuhi karena cepat. Dengan demikian media cetak dan online ada perbedaan. Namun kredibilitas masih ada pada media cetak karena menyangkut tadi,” ungkapnya.
Saat ditanya terkait perkembangan media online di Provinsi NTT, menurutnya perkembangan media online pada tahap yang berkembang pesat karena perkembangan IPTEK dan sulit dibendung.
Namun demikian, media online pun harus ditunjang oleh infrastruktur yang baik seperti jaringan internet dan handphone atau gadget yang mendukung penggunanya mengakses informasi atau berita.
“Memang cepat, akan tetapi publik tidak memiliki kepercayaan terhadap hal tadi (kelebihan media cetak daripada media online). Jadi masyarakat NTT bagi saya masih percaya media cetak,” tuturnya.
Menurutnya, para pembaca media cetak yang merupakan pembaca tradisional di NTT masih cukup kuat, terlebih seperti di wilayah Flores.
Diakuinya, saat ini pembaca muda lebih sering membaca berita online ketimbang berita dari media cetak.
“Akan tetapi saat mereka besar nanti mereka akan sadar. Sekarang kan filternya (pada media online) masih lemah. Kesadaran kognitif apakah berita benar atau tidak masih belum. Nanti pada tingkat kedewasaan maka pembaca muda ini akan sadar,” ujarnya.
“Hanya masalahnya ruang publik kita ruang publik irasional. Karena orang publik mudah percaya walaupun salah, ia percaya saja karena pendidikan yang kurang dan kurangnya literasi,” jelasnya.
Saat dimintai komentarnya terkait media online Pos Kupang, ia menilai hal tersebut merupakan satu terobosan yang bagus terlebih dengan jaringan kerja bersama Kompas Gramedia.
Ia pun sering mengakses berita dari portal berita online Pos Kupang pada sore hari atau mengisi waktu senggangnya.
“Untuk saya. Saya masih percaya karena kerja media pos Kupang sebagai media masih sangat kuat melalui proses yang ketat,” katanya.
Menurutnya, Pos Kupang dengan portal berita online yang dimiliki harus menyajikan berita yang berkualitas seperti pada Pos Kupang cetak.
“Hal itu tergantung pada pekerja media dan kualitas berita sehingga dalam elemen dasar Pos Kupang melakukan itu dalam mencari data dan fakta. Lalu proses kerja media yang penuh tanggung jawab harus tetap dipakai, ditransformasikan berdasarkan konvergensi yang berkembang. Kan orang mencari kebenaran,” tegasnya.
Ia pun memberikan masukan kepada Pos Kupang untuk media online yang dimiliki agar tetap menjaga proses kerja yang selama ini dibangun untuk kerja tetap dijalankan untuk portal online.
Ia menjelaskan, elemen-elemen dasar dalam proses kerja haris diperhatikan (dari liputan hingga upload), kelengkapan data, menjaga keawetan isu dan kedalaman berita.
“Saya yakin sebagai media dalam jaringan korporasi yang kuat dia dengan sendirinya akan kuat,” ungkapnya.
“Hanya unsur-unsur tadi tetap dipertahankan sehingga unsur-unsur penting pada media cetak tadi sehingga menjadi kekuatan juga pada online. Karena online lemah pada kelengkapan data, koreksi dan akurasi serta kedalaman berita sehingga valid. Jadi berita tidak boleh asal dilempar, berimbang dan objektif. Investigasi juga harus ada. Kalau ada makan orang akan berpegang pada pos Kupang,” katanya.
sumber : kupang.tribunnews.com