Perempuan merupakan kelompok yang sangat rentan dalam dunia cyber saat ini. Poedjiati Tan, founder konde.co, mengakui jika kondisi perempuan di dunia cyber memang rentan kejahatan.
Ia juga menjelaskan profil perempuan di dunia cyber, ibarat pisau bermata dua. Selain bisa menguntungkan, ia juga mampu menjelma jebakan bagi perempuan.
“Ini seperti pisau bermata dua, apalagi khususnya di indonesia karena adanya UU ITE, banyak perempuan jadi korban,” katanya menjelaskan. “Ingatan kita masih segar dengan apa yang menimpa ibu Nuril, ia korban pelecehan seksual yang ingin bercerita atau melaporkan kejadian yang ia alami, namun ketika melapor malah bu nuril yang terjerat UU ITE,” tuturnya di sela Diskusi PPMI, Sabtu (9/3/2019) lalu.
Lemahnya perlindungan hukum terhadap perempuan juga membawa dampak yang cukup signifikan bagi perempuan di dunia maya. Tak hanya itu, mantan atlet taekwondo ini juga mengungkapkan bahwa perempuan juga sering menjadi korban porn revenge (baca: penyebaran foto dan video telanjang), dimana porn revenge sendiri juga mudah dilakukan di era cyber.
“Banyak juga perempuan yang jadi korban porn revenge, namun lagi-lagi posisi perempuan sebagai korban akan dua kali lipat menanggung konsekuensi dari hukum yang tidak ramah perempuan dan juga sanksi sosial dari masyarakat yang menempatkan korban sebagai perempuan gampangan atau perempuan nakal,” ungkapnya panjang lebar.
Namun pegiat perempuan ini juga tak menampik, internet membantu penyebaran informasi dengan cepat, dan mampu meraup suara dukungan untuk kepentingan-kepentingan banyak pihak termasuk perempuan.
Melimpahnya dukungan dari pelbagai pihak dalam kasus-kasus yang melibatkan perempuan juga terbukti membantu masalah cepat jadi pusat perhatian dan diharapkan mampu dengan segera terselesaikan.
RUU PKS salah satunya, penyebaran informasi yang terus dilakukan melalui internet mampu menyadarkan masyarakat sedikit demi sedikit, tentang urgensitas disahkannya RUU PKS demi keamanan korban-korban kekerasan seksual.
Terlepas dari semua polemik perempuan di dunia cyber, perempuan berdarah tionghoa ini menegaskan bahwa perempuan wajib berhati-hati dalam menggunakan internet. “Jika kondisinya sudah demikian, Perempuan harus cerdas dalam mengguanakan internet, jika diminta untuk serahkan foto-foto telanjang ya jangan mau, sekalipun itu dengan pasangan,” tutupnya.