
Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bekerja sama dengan Asian American Journalists Associations (AAJA) menyelenggarakan webinar bertajuk “Pedoman untuk Pemberitaan Peka Gender” pada 11 Juli 2025, melalui saluran zoom. Webinar ini menghadirkan para pembicara yang kompeten di bidangnya antara lain; Prodita Sabarini (CEO The Conversation/pengurus AMSI), Rio Tuasikal (Jurnalis) dan Purnama Ayu Rizki (Jurnalis/Dosen), dan dipandu oleh Roni Satria (Koresponden CNN Indonesia).
Webinar ini membahas prinsip dan praktik jurnalisme yang lebih inklusif dan berperspektif gender, berdasarkan riset AMSI dan PR2Media tentang “Menilik Kebijakan dan Pengalaman Kesetaraan Gender serta Kekerasan Berbasis Gender di Perusahaan Media (2024).” Riset ini ditulis oleh Engelbertus Wendratama, Rahayu, Masduki dan Putri Laksmi Nurul Suci. Salah satu pembicara Prodita Sabarini, selaku CEO The Conversation sekaligus pengurus AMSI mengatakan, “AMSI ingin meningkatkan kualitas kapasitas media dan belum punya SOP kekerasan berbasis gender, sehingga AMSI bekerja sama dengan PR2Media membuat modul ini.”
Modul ini penting untuk mengembangkan solusi yang bisa mendorong dan mengarusutamakan kesetaraan gender di sektor media. Organisasi media juga perlu memainkan peran yang signifikan dalam menyediakan mekanisme pencegahan dan penanganan kasus untuk melindungi jurnalis dan pekerja media. Riset ini mengukur kesetaraan gender di dalam perusahaan media dengan menghadirkan lima dimensi, yaitu nilai individu, budaya internal dan praktik keseharian, kebijakan berbasis gender dalam perusahaan media, akses ke sumber daya, dan kekerasan seksual luring serta kekerasan berbasis gender online.
Temuan survei melibatkan 277 responden (redaksi dan non redaksi) dari 51 perusahaan media menunjukkan, skor kesetaraan gender untuk lima dimensi itu adalah 44,3 dari skor maksimal 65. Ini menunjukkan nilai yang cukup baik, namun perlu upaya yang lebih serius lagi di berbagai dimensi untuk mencapai kesetaraan gender yang ideal. Para jurnalis yang bekerja di isu kesetaraan gender dan kekerasan berbasis gender dapat menggunakan modul ini sebagai panduan dalam melakukan kerja jurnalistik. Riset ini juga menunjukkan potret terbaru kesetaraan gender di tempat kerja dalam dua ranah yaitu kebijakan perusahaan dan pengalaman empiris para pekerja media. Temuan-temuan dalam riset ini memberi isyarat adanya persoalan klasik dalam tubuh media yang masih perlu perhatian, terutama penguatan struktur dan kultur kesetaraan gender (*)